PEREMPUAN … tak akan ada habisnya jika membicarakan
makhluk yang satu ini. Bicara tentangnya adalah suatu hal yang menarik, baik dilihat dari
bentuk fisik, kelembutan, kecerdasan, dan budi pekerti. Semuanya adalah hal
yang menarik untuk diperhatikan sampai – sampai Anis Matta mengibaratkan
seorang perempuan adalah bunga di tengah
taman. Sosoknya yang diibaratkan sebagai bunga menjadikannya indah dan
menyejukkan bagi setiap mata yang memandang.
Berbicara tentang perempuan, maka dialah sosok yang
sangat luar biasa. Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan, “Pondasi perbaikan bangsa
adalah perbaikan keluarga, dan kunci perbaikan keluarga adalah perbaikan kaum
wanitanya. KARENA WANITA ADALAH
GURU DUNIA. Dialah yang menggoyang
ayunan dengan tangan kanannya dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya”.
Sangat benar sekali apa yang dikatakan oleh al Imam Syahid Hasan Al Banna.
Melalui peran wanita sebagai pendidik pertama anak – anak mereka maka akan
terlahir pribadi pemimpin masa depan. Oleh karena itu dibutuhkan sosok wanita
yang cerdas, memiliki budi pekerti yang luhur dan kemampuan untuk memimpin
minimal bisa menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Kemampuan multitasking
inilah yang akan melahirkan seorang wanita hebat. Wanita hebat yang mampu
membangun peradaban yang luar biasa.
Kalau kita tengok sejarah silam, maka akan kita
dapati figur-figur mulia yang menduduki tempat terhormat di tengah-tengah umat
hingga kini. Khadijah ra. misalnya, dengan pengorbanannya yang demikian
fenomenal dalam mendukung perjuangan dakwah Rasulullah Saw menjadikan namanya
terus berkibar sepanjang zaman, bahkan setiap wanita dianjurkan untuk
meneladaninya. Begitu pula Aisyah r.a seorang cendekiawan muda yang meriwayatkan
banyak hadits, adapula Asma binti Yazid, seorang mujahidah yang membinasakan
sembilan tentara Romawi di perang Yarmuk dan masih banyak lagi wanita mulia
yang berkarya menebar manfaat untuk umat – umat berikutnya.
Dalam hal pergerakan wanita di indonesia, kita bisa
merasakan perjuangan seorang kartini yang berhasil mendobrak paradigma kuno
yang menyatakan seorang wanita hanya berkutat pada wilayah dapur, kasur dan
rumah saja. Dalam suratnya kepada Prof. Anton dan Nyonya, kartini menuliskan : “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran
dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan
anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya.
Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita,
agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam
sendiri ke dalam tangannya: MENJADI IBU, PENDIDIK MANUSIA YANG PERTAMA-TAMA.”
Wanita memang merupakan pendidik pertama bagi
anak-anaknya sebelum masuk bangku sekolah. Pendidikan yang membangun nilai
karakter sebagai bekal anak dibawa kelak ketika terjun ke masyarakat.
Pendidikan yang menghasilkan kader – kader baru pembawa bendera islam dan lebih
luas lagi ntuk memimpin masa depan
Negara ini dengan adil dan bijaksana.
Melihat perannya yang sangat penting dalam membangun
sebuah peradaban, wanita sebagai penentu dalam sebuah generasi maka sudah
seharusnya setiap wanita menyadari hal tersebut. Karena dengan menyadari dan
memahami saja belum cukup maka harus ada tindakan nyata untuk para perempuan
agar bergerak menjadi motor reformasi kebaikan bagi diri sendiri dan lingkungan
sekitar dengan cara memperbaiki
kualitas diri. Mungkin bisa dilakukan dengan mengikuti berbagai macam aktifitas
yang menambah pengalamannya. Karena
pengalaman bisa menjadi intangible asset yang berharga bagi seseorang.
Dalam buku
Myelin, Rhenald Kasali menjelaskan manusia yang hanya mengandalkan brain memory
yang terbentuk dari pengetahuan saja ibarat penguasa malas yang memperoleh
kekuasaan monopoli. Mereka kaya, tetapi tidak inovatif, lambat dan tambun.
Sebaliknya,
manusia yang hanya mengandalkan muscle memory juga pintar, gesit, dan
bisa jadi juga kaya raya. Tetapi maaf, ia tidak berpengetahuan dan hanya dapat
melihat sejauh mata memandang. Gabungan keduanyalah yang akan menghasilkan
sesuatu yang luar biasa, bahkan menciptakan perubahan, menjadikan sesuatu yang
berbeda dari bentuk dan orientasi sebelumnya. Jadi kalau disimpulkan seorang
wanita tidak cukup hanya menjadikan pengetahuannya saja untuk berkontribusi
pada masyarakat, melainkan perlu adanya pengalaman yang meng-guide
seseorang untuk melakukan perubahan.
Akhirnya sebagai bahan perenungan untuk semua
para wanita, masihkah kita akan lalai melaksanakan peran kita sebagai pembangun
peradaban bangsa ? baik dan buruknya suatu Negara tergantung dari seberapa
maksimal kita menjalani peran kita sebagai wanita yang melahirkan generasi
penerus bangsa. Akankah kita wariskan pada dunia ini generasi yang bermental
bobrok ataukah akan terlahir dari rahim – rahim kita calon pemimpin yang adil
dan mensejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara???
*artikel ini dibuat dalam rangka lomba hari Kartini dan Muskom IV
KAMMI Unej
Tidak ada komentar:
Posting Komentar