Rabu, 09 Mei 2012

MENGGUGAT PEMIKIRAN SESAT IRSHAD MANJI PEGIAT SIFILES ( SESAT, FEMINISME DAN LESBIAN)


Oleh: Samsul Muhammad Jamrin*
Pemikiran liberalis yang tidak terbatas lagi membuat seluruh umat manusia dimuka bumi ini kacau tanpa baratutan. Fakta kekacauan tersebut, kita bisa melihat di seluru mendia masa. Dari kasus free sex atau sex bebas yang dilakukan anak SD sampai orang tua, sampai budaya yang tidak bermoral lagi. Sehingga menjadikan kekacauan tatanan Negara saat ini.
 Feminis yang di banga-bangakan barat sebagai simbol kualitas terbaik seorang perempun, ternyata nihil belaka. Ternyata dampak dari faham feminisme menambah keruh suasana kaum wanita. Dahulu wanita pada saat islam mengusai dunia (baca: khilafa Rasyidin), sangat di muliakan dan terhormat terbukti dalam sejarah islam, kasus-kasus tentang wanita hampir tidak ada. Tetapi  bagaimana saat ini? Pemahaman feminisme yang dianggap dapat menyelesaikan masalah, malah membuat masalah baru yang tidak terkontrol lagi. Rusaknya pergaulan, dan lain-lain.
Lesbian atau Homoseksual (liwath) merupakan perbuatan asusila yang sangat terkutuk dan menunjukkan pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal. Berbicara tentang homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan. Sehingga berefek malapeteka yaitu seperti yang terjadi pada kaum nabi Luth As.
Bedasarkan realita diatas, kita sebagai bangsa Indonesia dan warga masyarakat Yogyakarta wajib menolak hal-hal seperti diatas sebab akan mengahncurkan tatanan budaya yang sudah ditanamkan para Sultan-Sultan keraton.
Tetapi ada yang menjadi masalah saat ini, Irshad Manji seorang tokoh liberalis, feminis dan lesbianis akan datang ke Yogyakarta untuk menyebarkan ide-ide sasaatnya hari Rabu pagi tanggal 9 Mei. Di pacasarjana UGM dan UIN Sunan Kalijaga. Ini sangat berbahaya sebab pemikiran-pemirannya antara lain:
Biografi Singkat dan Pengakuan Lesbianis
Irshad Manji adalah seorang feminis kelahiran Uganda 1968 silam dari seorang ayah berkebangsaan India dan ibu berkebangsaan Mesir. Saat berusia empat tahun keluarganya berpindah ke Kanada. Ia kini berkewarganegaraan Kanada. Ia menyelesaikan pendidikannya di University of British Columbia. Pada usia 14 tahun ia pernah dikeluarkan dari madrasah gara-gara pemikiran nylenehnya. Selama 20 tahun, Manji mempelajari Islam secara otodidak. Sejumlah buku liberal telah dikarangnya, seperti The Trouble with Islam Today, dan yang terbaru Allah, Liberty and Love.
          Akhir bulan April 2008 lalu, Irshad Manji berkunjung ke Jakarta untuk meluncurkan terjemahan buku The Trouble with Islam Today. Edisi bahasa Indonesianya berjudul “Beriman Tanpa Rasa Takut”. Pada 15 Juli 2008, situs Jaringan Islam Liberal (JIL) mempublikasikan hasil wawancara dengan Manji. Wawancara itu diberi judul, "Irshad Manji: Saya Seorang Pluralis, Bukan Relativis.”
      Melalui wawancara tersebut, dapat diketahui bagaimana pemikiran Manji tentang Islam. Bahkan soal penyimpangan orientasi seksual dirinya pun ia beberkan. Manji terang-tarangan mengaku sebagai seorang lesbian.  "Sebagaimana anda ketahui, saya adalah seorang lesbian dan saya tidak meminta persetujuan kaum Muslim atas orientasi seksual saya. Saya hanya meminta persetujuan dari dua entitas saja: Sang Pencipta dan nurani saya," jawab Manji saat ditanya pendapat dia tentang LGBT (lesbian, gay, bisexual dan transgender/transexual).
Meneghina  Nabi  Muhammad Saw.,  Luth As, dan  Lecehkan Al-Quran
Dalam bukunya (edisi Indonesia), Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini,” Dalam buku ini, bisa ditemukan nada-nada penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan keraguan terhadap al-Quran:
Irshad Manji, menyandarkan keraguannya terhadap al-Quran pada pendapat Christoph Luxenberg (seorang pendeta Kristen asal Lebanon yang menyembunyikan nama aslinya). Kata Manji: ”Jika al-Quran dipengaruhi budaya Yahudi-Kristen – yang sejalan dengan klaim bahwa al-Quran meneruskan wahyu-wahyu sebelumnya – maka bahasa Aramaik mungkin telah diterjemahkan oleh manusia ke dalam bahasa Arab. Atau, salah diterjemahkan dalam kasus hur, dan tak ada yang tahu berapa banyak lagi kata yang diterjemahkan secara kurang tepat. Bagaimana jika semua ayat salah dipahami?” (hal. 96).
Sedangkan penghinaan terhadap Nabi Muhamamd Saw., sebagaimana pernyataannya:
”Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana ”ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut. Namun, kenyataan bahwa para filosof muslim selama berabad-abad telah mengisahkan cerita ini sungguh telah memperlihatkan keraguan yang sudah lama ada terhadap kesempurnaan al-Quran.” (hal. 96-97).
Sedangkan penghinaannya kepada Nabi Luth As, dalam bentuk penafsirannya yang tidak berdasar adalah:
bahwa pengharaman nikah sejenis adalah bentuk kebodohan umat Islam generasi sekarang karena ia hanya memahami doktrin agamanya secara given, taken for granted, tanpa ada pembacaan ulang secara kritis atas doktrin tersebut. Si penulis kemudian mengaku bersikap kritis dan curiga terhadap motif Nabi Luth dalam mengharamkan homoseksual, sebagaimana diceritakan dalam al-Quran surat al-A’raf :80-84 dan Hud :77-82). Semua itu, katanya, tidak lepas dari faktor kepentingan Luth itu sendiri, yang gagal menikahkan anaknya dengan dua laki-laki, yang kebetulan homoseks.
Selanjutnya ia mengatakan: "Karena  keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu Luth amat kecewa. Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya tahu, al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo disamping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo.” (hal. 39).
Cercaan terhadap Nabi Luth dan al-Quran terus dilanjutkan: “Luth  yang  mengecam  orientasi  seksual  sesama jenis mengajak orang-orang di kampungnya untuk tidak mencintai sesama jenis. Tetapi ajakan Luth ini tak digubris mereka. Berangkat dari kekecewaan inilah kemudian kisah bencana alam itu direkayasa. Istri Luth, seperti cerita al-Quran, ikut jadi korban. Dalam al-Quran maupun Injil, homoseksual dianggap sebagai faktor utama penyebab dihancurkannya kaum Luth, tapi ini perlu dikritisi… saya menilai bencana alam tersebut ya bencana alam biasa sebagaimana gempa yang terjadi di beberapa wilayah sekarang. Namun karena pola pikir masyarakat dulu sangat tradisional dan mistis lantas bencana alam tadi dihubung-hubungkan dengan kaum Luth…. ini tidak rasional  dan terkesan mengada-ada. Masa’, hanya faktor ada orang yang homo, kemudian terjadi bencana alam. Sementara kita lihat sekarang, di Belanda dan Belgia misalnya, banyak orang homo nikah formal… tapi kok tidak ada bencana apa-apa.” (hal. 41-42).
Mendukung Ahmadiyah yang di Hukum sesat MUI
Soal aliran sesat Ahmadiyah, jelas ia membelanya. Manji menuding kelompok yang ingin membubarkan alirasn sesat dan menyimpang Ahmadiyah sebagai bentuk kesombongan.
"Melarang mereka adalah suatu bentuk kesombongan kalangan Muslim mainstream yang mengambil alih peran Tuhan. Jika kita meyakini ada kebenaran final dan hanya Tuhan yang berhak menghukum orang yang tidak beriman atau memberi pahala pada mereka yang beriman, lalu siapakah kita ini sehingga menganggap orang lain tidak beriman?", katanya  dalam bedah buku Allah, Liberty & Love.
Bedasarkan realita diatas, Irshad Manji adalah pegiat feminisme yang juga merupakan wanita penikmat hubungan sejenis. Ia salah seorang tokoh yang memusuhi Islam dan pro dengan paham lesbianisme, liberalisme dan feminisme. Di dalam bukunya yang berjudul the Trouble with Islam, ia menyetujui hubungan sesama jenis yang dalam Islam harus ditentang. Dalam kesempatan ini, ia akan meluncurkan buku terbarunya, Allah, Liberty & Love dalam edisi bahasa Indonesia dan akan di kaji di UIN dan UGM besok Rabu Jam 8.00 WIB tanggal 9,5,2012.
*data diambil dari bebarap buku Irshad Manji, Web, dan blong yang terpercaya.