Senin, 26 Maret 2012

Segenggam Harapan

Harapan tinggallah harapan...
Orang boleh menganggap himbauan,
dari apa yang diuraikan.
Terletak amat mendasar program pemerataan.


Namun, semuanya banyak hambatan,
dalam mencapai keseriusan.
Akankah aku ini merdeka ?
Bila prinsip yang terkandung dalam bahasa cinta kita hayati,
kita wujudkan dalam gambaran sederhana...?

Tetapi harapan yang didapat hanyalah menyesakan dada,
bagai bom yang melanda di pulau dewata.
Suatu keseriusan hubungan kita kena noda dan tercela.
Pertanyaan yang timbul masalah teroris,
belumlah terjawab habis.
Jawab yang pasti hanyalah memperpanjang kesengsaraan.

Sesuai dengan menjelangnya bulan Ramadhan,
aku merintih kaupun menangis,
karena diteror yang semakin sadis.

Kita akui kehilangan kepercayaan,
dalam sekelumit romantika kehidupan.
Kita kehilangan pegangan,
yang tersisa hanyalah segenggam harapan.

Bila dalam perbincangan tak terkupas tuntas,
hanyalah luka yang semakin mengganas.
Masa hubungan yang harus diakhiri.
hanya memperpanjang yang tiada arti.

Belumlah terjawab masa titik temu,
hanya menghasilkan kehancuran di kalbu.
Itulah keadaan kita yang terus dikuntit.
Antara kau dan aku bagai benang yang dirajut.

Harus diakui...
keterbatasan kemampuan yang menjadikan hambatan.
Tapi kini, tergantung tanggungjawab dan kebijakan.
Semoga berakhir dengan cepat sesuai potensi hati.

Dalam waktu yang semakin menegang,
kita kehilangan ingkar janji.
Kita junjung kesepakatan yang ada,
demi masa depan yang telah kita tata...


By: Rinpaka Maida (FKIP/ 2010)

Karya ini pernah dimuat di Radar Jember, 25 Maret 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar